Sejarah Orang Maluku Di Belanda
Sekilas Sejarah Orang Maluku di Belanda - Pada 1951, sekitar 12.500 Maluku diangkut dari Jawa ke Belanda. Mereka sebagian besar prajurit yang telah bertugas di tentara kolonial Belanda (KNIL), dan anggota keluarganya. Setelah penyerahan kedaulatan dan pembubaran KNIL, pihak Indonesia, Belanda dan tentara Maluku tidak sanggup mencapai akad mengenai demobilisasi mereka. Akhirnya, diputuskan untuk memindahkan tentara Maluku sementara ke Belanda. Ternyata bagi sebagian mereka sangat mustahil untuk kembali ke Indonesia.
Maluku populer dengan kekayaan rempah-rempahnya dan menjadi produk ekspor maluku selama berabad-abad, namun Setelah harga rempah-rempah anjlok (di tamat kala kesembilanbelas), tenaga kerja insan menjadi produk ekspor utama. Terutama melibatkan komunitas kristen. Orang Ambon, atau Maluku yang akan disebut kemudian, di pekerjakan di seluruh Hindia-Belanda sebagai pegawai negeri, guru, ajudan pendeta atau prajurit tentara Hindia Belanda (KNIL). Maluku dalam KNIL memegang posisi istimewa untuk waktu yang lama. Mereka berjuang bersama Belanda melawan Jepang selama Perang Dunia II. selama perang mempertahankan kemerdekaan banyak orang maluku yg bergabung dengan KNIL.
Setelah penyerahan kedaulatan, KNIL dibubarkan. Para prajurit Maluku ditawari pilihan antara pemindahan tempat atau bergabung dengan tentara Indonesia yang baru. Beberapa menentukan pilihan yang terakhir, sementara yang lain menolak untuk menciptakan pilihan. sekitar 12.500 orang Maluku tiba di Belanda pada tahun 1951. Kedatangan mereka yaitu solusi sementara untuk masalah-masalah politik di Indonesia yang berkembang sehabis penyerahan kedaulatan dan pembubaran tentara kolonial Belanda (KNIL).
alasannya yaitu diperkirakan hanya sementara, orang2 Maluku diberi tempat tinggal di kamp-kamp terpencil. Namun ternyata, pengembalian ke Indonesia terbukti tidak mungkin. Dari tahun 1956 dan seterusnya, Belanda menciptakan kebijakan yang ditujukan untuk pengintegrasian komunitas maluku: Aturan swadaya/The self-support rule diperkenalkan dan daerah gres dibangun untuk komunitas Maluku.
Tahun 1960-an dan 1970-an merupakan masa-masa radikal. Kasus pembajakan yang terjadi menimbulkan banyak ketegangan antara komunitas masyarakat Maluku dan Belanda. Pada 1980-an, fokus bergeser terhadap isu-isu sosial menyerupai pekerjaan, kesejahteraan dan pendidikan.
Selama beberapa dekade terakhir, semakin banyak Maluku sudah mulai mengunjungi daerah asalnya Maluku. Ini telah menunjukkan dorongan gres bagi pengalaman tradisi Maluku di Belanda, khususnya di kalangan cowok generasi ketiga dan keempat.
Setelah beberapa tahun, pemerintah tetapkan bahwa Maluku harus kini sanggup mendukung dirinya secara finansial. Pada dikala itu, banyak dari mereka yang sudah bekerja, kebanyakan di pabrik-pabrik. Aturan swadaya didirikan pada tahun 1956. Aturan tersebut menyatakan bahwa orang harus bisa menghidupi diri sendiri. Hanya kalau ini tidak berhasil, pemerintah akan menunjukkan dukungan.
Salah satu simbol dari aturan swadaya yaitu dapur individu yang mengambil alih tempat dapur umum. Masyarakat Maluku meluncurkan protes keras terhadap aturan swadaya. Mereka menganggap pemerintah bertanggung jawab atas kehadiran mereka, dan dengan demikian juga untuk biaya yang dihasilkan.
Pada tamat 1950-an, pemerintah tetapkan bahwa masyarakat Maluku harus mengintegrasikan lebih penuh ke dalam masyarakat Belanda. opsi kembali ke Maluku tidak lagi diharapkan.
Bagian dari kebijakan gres ini memindahkan komunitas Maluku dari kamp ke bangsal baru. Integrasi Maluku yaitu untuk mengambil tempat dalam kelompok. Bangsal dibangun di desa-desa dan kota, sehingga memungkinkan untuk kontak lebih lanjut antara Maluku dan Belanda. Appingedam Maluku yaitu bangsal pertama yang selesai. Lebih dari enam puluh bangsal yaitu untuk mengikuti tahun-tahun berikutnya. Menutup kamp-kamp memang tanpa problem berarti, namun, dan mengambil waktu lebih usang daripada diperkirakan.
Pertempuran masih berlangsung di Maluku hingga dengan tahun 1960 oleh Republik Maluku Selatan (RMS), dipimpin oleh presidennya dr. Chr. R.S. Robbert Steven Soumokil, Esq. Dia ditangkap pada tahun 1963 oleh tentara Indonesia. Setelah sanksi pada tahun 1966, J.A. Manusama B.Sc. mendirikan pemerintahan di pengasingan dan berhasil menggantikan Soumokil sebagai presiden.
Pelaksanaan sanksi Robbert Steven Soumokil pada tahun 1966 menimbulkan tindakan kekerasan pertama oleh cowok Maluku di Belanda, yang mengkremasi kedutaan besar Indonesia di Den Haag. protes Lebih lanjut dalam pertempuran untuk kemerdekaan RMS (Republik Maluku Selatan) pun terjadi di tahun-tahun berikutnya.Paling dikenal yaitu pendudukan kediaman duta besar Indonesia di Wassenaar pada tahun 1970, dan pembajakan kereta api di bersahabat Wijster pada tahun 1975 dan De Punt pada tahun 1977. Protes ini meninggalkan luka mendalam di Belanda dan masyarakat Maluku.
Menurut pemerintah Belanda, protes kekerasan tahun 1970-an yaitu sebuah lisan dari ketidakpuasan perihal rendahnya posisi dari komunitas Maluku di masyarakat Belanda. Dalam tahun-tahun berikutnya langkah-langkah diambil untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Beberapa forum Maluku juga didirikan.Pada awal 1980, perundingan dimulai antara pemerintah dan Badan Persatuan (BP), organisasi terbesar Maluku. Negosiasi ini kesudahannya menimbulkan "Pernyataan Bersama" yang ditandatangani pada tahun 1986 oleh Perdana Menteri dan Pendeta Metiarij Lubbers, Ketua BP. Generasi pertama orang maliku diberi medali peringatan dan tunjangan tahunan. Pengangguran, penyalahgunaan narkoba dan problem perumahan yang dibahas dan diatasi. Landasan dari Maluku Historical Museum juga dimungkinkan.
Karena banyak orang Maluku 'tidak memiliki negara', mereka tidak dalam posisi untuk bepergian ke Maluku selama bertahun-tahun. Situasi ini mulai membaik pada tahun 1980: meningkatnya jumlah orang Maluku mulai mengunjungi Maluku, dan terutama desa-desa di mana mereka berasal. Di sana mereka menemui budaya Maluku yang telah melalui begitu banyak perubahan dalam lima puluh tahun terakhir. Ini merupakan suatu pengalaman tersendiri dalam tradisi Maluku di Belanda.
Hubungan antara Maluku di sana-sini tetap kuat. Berbagai proyek telah dimulai untuk membantu desa-desa setempat dengan membangun sekolah atau dengan membangun sarana air. Ketika perang saudara pecah di Maluku pada tahun 1999, inisiatif dukungan tak terhitung dimulai di Belanda.
DAFTAR PUSTAKA:
http://id.wikipedia.org/wiki/Etnik_Maluku_di_Belanda
http://fhixreesapulettehattoe.wordpress.com/tag/sejarah-orang-maluku-di-belanda/
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/11/03/20/170982-60-tahun-lika-liku-orang-maluku-di-belanda
http://bpn16.wordpress.com/2010/09/12/sejarah-orang-maluku-di-belanda/
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Orang Maluku Di Belanda"
Posting Komentar