Sejarah Singkat Kerajaan (Kesultanan) Ternate Tidore
Sudah tahu wacana kerajaan atau kesultanan Ternate yang satu ini? Jika belum anda sanggup mengikuti berikut yang akan membahas secara ringkas mengenai Sejarah Kerajaan Ternate Tidore tersebut. Dalam uraian ini akan dikemukakan perkembangan awal kerajaan tersebut hingga pada aneka macam pembahasan mengenai kehidupan yang ada pada masa itu.
Pembahasan mengenai bahan sejarah kali ini akan menghantarkan anda pada pengetahuan mengenai kehidupan suatu kerajaan yang di dalamnya ada beberapa gosip penting antara lain sebagai berikut:
1. Letak
2. Kehidupan politik
3. Kehidupan ekonomi
4. Sosial budaya dan sebagainya.
Jika anda ingin tahu lebih banyak mengenai point-point tersebut di atas maka silahkan ikuti hingga selesai pembahasan mengenai Sejarah Singkat Kerajaan (Kesultanan) Ternate Tidore berikut ini.
Masuknya Islam ke Maluku bersahabat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada era ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa berbagi Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar hingga ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Pembahasan mengenai bahan sejarah kali ini akan menghantarkan anda pada pengetahuan mengenai kehidupan suatu kerajaan yang di dalamnya ada beberapa gosip penting antara lain sebagai berikut:
1. Letak
2. Kehidupan politik
3. Kehidupan ekonomi
4. Sosial budaya dan sebagainya.
Jika anda ingin tahu lebih banyak mengenai point-point tersebut di atas maka silahkan ikuti hingga selesai pembahasan mengenai Sejarah Singkat Kerajaan (Kesultanan) Ternate Tidore berikut ini.
Masuknya Islam ke Maluku bersahabat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada era ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa berbagi Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar hingga ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) ialah dua kerajaan yang mempunyai tugas yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan ajaib yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di daerah Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, ibarat pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi sentra perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bab timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan hingga ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore ialah dalam perdagangan. Dari persaingan ini mengakibatkan dua komplotan dagang, masing-masing menjadi pemimpin dalam komplotan tersebut, yaitu:
- Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate mencakup Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai kondusif keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
- Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore mencakup Halmahera, Jailalo hingga ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai kondusif keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang ialah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bab timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka'i, Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.
Letak Kerajaan Ternate Tidore
Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara sulawesi dan irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai "The Spicy Island".
Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada dikala itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang tiba dan bertujuan ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku, ibarat Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan ibarat ini, telah mensugesti aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Setelah membahas mengenai hal di atas termasuk wacana letak kerajaan kini anda sanggup melanjutkan membaca Sejarah Ternate Tidore ini pada bab kehidupan kerajaan ibarat politik, ekonomi dan lain sebagainya. Penjelasan ringkasnya sebagai berikut!
Setelah membahas mengenai hal di atas termasuk wacana letak kerajaan kini anda sanggup melanjutkan membaca Sejarah Ternate Tidore ini pada bab kehidupan kerajaan ibarat politik, ekonomi dan lain sebagainya. Penjelasan ringkasnya sebagai berikut!
Kehidupan Politik Ternate Tidore
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu komplotan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti komplotan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis pribadi memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis menduga ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak tidore risikonya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan membuat perjanjian saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku.
Sultan Hairun
Untuk sanggup memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin usang di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh alasannya ialah itu sultan hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis.
Sultan Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) berdiri menentang portugis. Tahun 1575 M Portugis sanggup dikalahkan dan meninggalkan benteng.
Kehidupan Ekonomi Ternate Tidore
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memperlihatkan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada era ke 12 M ajakan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku menjadikan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
Kehidupan Sosial Ternate Tidore
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapat rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang besar lengan berkuasa di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh alasannya ialah itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing kontradiksi antara para pemeluk agama itu. Dan jika kontradiksi sudah terjadi maka kontradiksi akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seolah-olah merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini mengakibatkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini mengakibatkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut sanggup dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
Kehidupan Budaya Ternate Tidore
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh acara perekonomian sepertinya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui semenjak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam ibarat Ternate dan Tidore.
Referensi
.
Sejarah untuk sma kelas X Nana supratna penerbit grafindo 2006
#sthash.FBPv2pdN.dpuf
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Singkat Kerajaan (Kesultanan) Ternate Tidore"
Posting Komentar