Sejarah Proses Kedatangan Voc Di Papua

Sejarah Proses Kedatangan VOC di Papua - Dengan kedaangan pedagang dan pelayar barat di perairan indonnesia bertambah banyakla kontak-kontak dengan papua ibarat yang tercantum-cantum dalam erita-berita yang berasal dari pelayar tersebut, baik pelayar portugis maupun spanyol memberitakan bahwa mereka telah hingga di papua dan telah mengadakan kontak dengan raja pribumi papua. Ekspansi barat dalam hal ini tidak mengenal batasnya, cita-cita akan menemukan hasil-hasil yang berharga ibarat emas dan rempah mendorong pelayar voc menjelajah hingga kai, aru, misool, waigeu, waigemo, ceram, bacan, dan sebagainya.

Ekspansi kerajaan ternate pada awal era 17 telah mencapai seram, berturut-turut hikayat dan leliato dikirim sebagai penguasa oleh sultan munadar, kemudia pangeran ali telah memulai memungut upeti. Kontak serta kekerabatan kadang-kadang bersifat sobat tetapi adakalanya bermusuhan. Lisabatta dan hatuwe menyerahkan bul bekti kepada ternate. Sewaktu tidore berperang dengan voc, sebuah ekspedisi dikirim untuk menghukum para pemuka ibarat hatuwe, cebe, weda, waigeu, dan salawati.

Kebutuhan akan budak mendorong perluasan ke papua. Menurut persetujuan rumbati (1652) beberapa tempat akan menyerahkan budak antara lain onin dan dan goram. Diberitakan bahwa pada tahun 1657 rakyat papua melaksanakan pemberontakan. Tapi pada tahun 1660 papua ada di bawah kekuasaan kerajaan tidore menurut komplotan abadi antara ternate, tidore dan bacan, maka bacan memasukkan misol kedalam lingkungan kekuasaannya. Pada 1662 rakyat goram melaksanakan pemberontakan terhadap kedatangan vinck. Berdasarkan kontrak pulau-pulau di papua menjadi lingkungan kerajaan tidore, dan kemudian menjadi tempat monopoli dari voc. Sejak itu voc mendukung perjuangan untuk memasukkan semua pulau papua di dalam wilayah tidore.

Proses integrasi tempat Maluku dan irian didorong oleh komunikasi baik yang berjalan dengan kekerasan maupun yang bersifat damai. Antara ternate, tidore, dan bacan terjadi persaingan untuk mendapat papua seutuhnya. Seperti misool, onin, raja ampat dan lain-lain. Sebaliknya diberitakan bahwa selalu ada perang atau serangan dari bangsa papua. Tindakan garang yang selalu ada perang dan serangan dari rakyat pribumi tersebut, yang tersebut dalam istilah voc ialah sebagai perompakan atau pembajakan. Pihak voc sedang merintis tempat itu dan politiknya terutama ditujukan kepada ternate dan tidore, yaitu menggunakan keda kerajaan tersebut untuk meliputi tempat papua tersebut kedalam lingkungan monopolinya. Untuk menjamin kekerabatan itu diadakan konrak-kontrak dengan ternate, onon, polematte, mandarshah, dan kontrak gres dengantiga kerajaan secara pribadi ternate, tidore dan bacan pada tahun 1667.

Persaingan dan kontradiksi antara Negara-negara barat juga hingga ke tempat tersebut. Demam perintisan juga membawa banyak pelayar ke tempat papua ibarat van diemen, ael tasman, james cook, William dampier dan pelayar populer lainnya juga telah hingga ke tempat itu. Munculnya kapal-kapal inggris cukup mengakibatkan kekhawatiran pada belanda ang gigoh mempertahankan monopolinya dalam perdagangan rempah-rempah. Sebenarnya sesudah diketahui bahwa papua tidak menghasilkan rempah-rempah maka perhatian terhadap papua kurang. Boleh dikatakan semua kontrak tersebut di atas menyangkut ekstirpasi, system untuk membatasi tempat tanaman cengkeh, pala, dan remph-rempah lainnya di pulau-pulau tertentu saja. Pelanggaran ibarat yang dilaukan oleh pedagang Makassar di tempat misool dibalas dengan tindakan keras. Salawatti, misool dan onin di hajar, raja dan kapten maritim salawatti serta kapten maritim misool ditawan (1702).

Arena politik dalam wilayah Maluku dan papua penuh mengatakan pergolakan yang disebabkan oleh pereutan lingkungan imbas di antara raja-raja, sejarah VOC di Papua. Sehubungan dengan itu rupanya kompeni tidak banyak campur tangan. Perebutan terjadi sekitar tempat suzereinitas atas misool, onin dan papua. Kekuasaan yang berkepentingan ialah ternate, tidore dan bacan.

Sejak tahun 1667 tidore telah memperoleh monopoli di pantai papua termasuk salawatti, namun untuk menciptakan hak itu efektif masih diharapkan derma kekuatan senjata. Meskipun tidore mempunyai hak monopoli namun raja bacan masih mempunyai imbas di misool. Ternate mengakui kekuasaan tidore baik di pantai utara maupun pantai barat dan selatan papua. Selanjutnya kompeni tidak menghalag-halangi sultan tidore dalam usahanya meluaskan supremasinya di papua. Dukungan kompeni itu diperkuat dengan penyerahan angker timur, angker laut, dan goram kepada sultan tidore.

Mengenai empat raja papua, selama era 17 tidak banyak terdengar perihal peranannya. Banyak kontak dengan dunia luar disebut dalam pemberitaan sebagai peperangan dan pemberontakan. Baik yang dilakukan dari pihak luar maupun dari pihak papua sendiri. Pada tahun 1653 raja salawatti merompak ke ambonia, sultan bacan merompak dan menganngkut budak dari angker pada tahun 1659, pasukan papua di misool di bawah pimpinan kecil bulam merompak ke onin dan kai pada tahun 1690. Dalam menanggapi situasi perang itu vo atau kompeni banyak menyerahkan kepada tidore untuk bertindak. Kontrak-kontrak dai tahun 1703, 1709 dan 1728 tetap mengakui kekuasaan disebagian pulau-pulai akrab papua. Dalam menghadapi situasi yang penuh anarki tersebut sultan tidore merasa tidak bisa untuk mengendalikannya. Tidak mengherankan pada pemberitaan pada era ke 18 masih banyak erdapat peperangan, pemberontakan dan perompakan yang dilakukan oleh bangsa papua (1731, 1757, 1766, 1767). Rupanya semenjak tahu 1770 permusuhan terhadap dunia luar semakin meningkat dan bersama itu frekuensi perompakan meningkat pula. Yang menarik perhatian ialah adakalanya perompakan yang dilakukan oleh orang papua atas dorongan dari sultan tidore sendiri, ibarat yang terjadi pada tahun 1731 di seram. Pengaruh raja itu semakin besar da ada renana padanya ntuk menangkap raja salawatti dan kapten maritim misool. Karena imbas nya yang besar itu ditentangnya pula system ekstirpasi vo atau kompeni.

Dalam persekutuannya dengan baan sultan jamaluddin menghadapi bahaya dari ternate yang hendak memerang tidore. Dalam perlawanannya terhadap tidore, raja salawatti, waigeu, kapten maritim misool mengerahkan pasukan papua untuk melaksanakan perompakan. Kekacauan yang terjadi kemudian mengundang kompeni untuk mengirim ekspedisi guna menghukumpara pengacau tersebut. Di antara yang dieksekusi tersebut ada orang-orang Makassar. Hal ini perlu dihubungkan dengan kehadiran pedagang-pedagang Indonesia yang sudah usang sebelum kedatangan bangsa barat melaksanakan perdagangannya di papua.

Dapat diduga bahwa perluasan imbas monopolitas voc mendapat tantangan dari golongan mereka pada umunya dan kelompok orang kaya kususnya. Kedudukan orang-orang kaya di keffing sangat berpengaruh sampai-sampai raja oni tertunduk padanya. Seorang diantaranya ialah laku. Sampai kesudahannya dietahui oleh keitjs, utusan kompeni, bahwa orang kaya mempunyai hak yuridiksi untuk berdagang di tempat pantai utara papua. Segera keijts menyatakan kesalahan voc dan tidak berhak untuk berdagang di papua. Karena ratifikasi keitjs itu laris sangat baik terhadap keijts dan sebagai keijts diberi pertolongan, yaitu khusus diantar keraja onin.

Adapla orang kaya yang melaksanakan pemberontakan terhadap kumpeni dan lebih bersekutu dengan pedagang inggris. Haji umar dari blambangan membantu Herbert waktu ia berkunjung ke pulau itu pada taun 1774. Ekspedisi waylandt juga berjumpa dengan seorang orang kaya yang berjulukan lukman.

Dalam pecahan kedua aba ke 18 keadaan politik mulai berubah. Pengaruh misool pada onin dalam periode kekuasaan bacaan merosot dan kedudukannya prakts bebas, yang ada hanya kekerabatan perdagangan dengan rakyat angker dan goram. Pengaruh vo di pantai utara papua hanya efektif selama ada derma kekuatan senjata, Kedatangan VOC di Papua. Rakyat di tempat papua itu siap mengikuti perintah sultan tidore apabila diajak mengadakan perompakan, akan tetapi apabila sultan itu hendak mengekang mereka dalam melaksanakan acara tersebut, rakyat menentangnya. Lambat laun rakyat onin tersohor sebagai perompak.

Apabila perompakan itu dipandang dari kacamata voc dengan kepentingan monopoinya maka acara itu sanggup diangap sebagai gerakan agitasi luas yang hendak menembus segala maam pembataan atau pengekangan. Seagai gerakan bawah tanah yang dilakukan di lautan perompakan merupakan protes dan reaksi berpengaruh terhadap penetrasi voc dan pedagang barat lainnya tidak terperinci tanda-tanda tersebut dengan kenyataan bahwa banyak orang kaya orang kaya beroperasi di daera itu. Lagi pula dalam periode itu proses islamisasi sudah berjalan, sehingga ibarat di daerah-daerah lainnya di Indonesia muncullah ideology yang sanggup menjiwai rakyat menentang penetrasi kaum kafir. 

Daftar pustaka:

1. Poesponegoro, Marwati Djoened. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka
2. Prof. Dr. Nasution, S, M.A. 2011. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
3. Madjid, Nurholish, 2003. Indonesia Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Sejarah Proses Kedatangan Voc Di Papua"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel